Wednesday, March 8, 2017

HELLO AJAHN

Berikut adalah pertanyaan yang terpilih dan dijawab oleh Ajahn Brahm selama Tour d’Indonesia 2015.

-----------
Lily Zhai: Bagaimana cara agar tidak membenci orang yang menjahati kita? Susah rasanya berbelas kasih pada orang yang membuat susah hidup kita.

Ajahn Brahm: Mengapa Anda mesti marah terhadap orang yang melakukan hal buruk kepada Anda? Merekalah yang melakukan karma buruk, bukan Anda. Jika mereka yang memperoleh buah karma buruk, maka merekalah yang mestinya berduka. Jadi jangan biarkan siapa pun, tak peduli apa yang mereka lakukan, untuk merampas kebahagiaan Anda. Makin Anda membiarkan mereka membuat Anda sedih, makin mereka akan melakukannya lagi dan lagi. Namun jika Anda menjadi seperti teratai; jika Anda mengencingi teratai, semua air seni akan luruh tanpa ada bau yang tersisa. Sama pula jika Anda menuang parfum Chanel No.5 ke teratai, itu akan mengalir jatuh tanpa ada wangi yang tersisa. Anda seharusnya berlatih menjadi seperti teratai. Pujian, celaan, Anda l-e-p-a-s-k-a-n. Maka, orang hanya bisa melukai Anda sedikit. Namun sebagian besar orang berpikir, "Mereka melukaiku, mencurangiku." Tiap kali Anda mengingatnya, mereka melukai Anda sekali lagi. Namun jika mereka melakukan hal buruk ke saya, mereka hanya melukai saya sekali, lalu saya melepasnya. Maka kenangan buruk masa lalu, orang yang melakukan hal buruk kepada Anda, itu masa lalu! Itu sudah mati. Lepaslah. Mudah.... Lebih gampang diomongkan daripada dilakukan? Tidak! Lebih mudah dilakukan dibanding diomongkan.

-----------
Meli Laurensia: Apa sih tujuan manusia itu hidup?

Ajahn Brahm: Tujuan hidup adalah belajar, bertumbuh menjadi orang yang lebih baik. Sama seperti pergi ke sekolah. Jika Anda tidak lulus ujian, Anda harus mengulangnya lagi. Jika Anda gagal dalam ujian kehidupan, Anda harus kembali lagi. Dengan memakai popok, mengisap kempeng di mulut, Anda harus masuk sekolah kehidupan dari awal lagi. Maka berlatihlah dengan baik, jadilah orang yang lebih baik, lebih bijak, bermeditasilah, dan Anda akan lulus ujian kehidupan. Anda tidak akan kembali lagi.

-----------
Han: Mengapa hal buruk terjadi pada orang baik?

Ajahn Brahm: Karena itu bukanlah hal buruk. Misalnya Anda dalam perjalanan pulang dan menginjak kotoran anjing. Kotoran anjing yang kotor, lengket, dan bau di seluruh sepatu Anda. Ini seperti hal buruk yang menimpa banyak orang. Apa yang Anda lakukan? Jika Anda umat Buddha, jangan membersihkannya langsung. Anda bawa kotoran anjing itu, lalu gosok-gosokkan di bawah pohon mangga di kebun Anda. Setahun kemudian, mangga Anda akan lebih manis, sarinya lebih banyak dibanding sebelumnya. Saat Anda makan mangga itu, dengan jusnya mengaliri dagu Anda, ingatlah apa mangga itu, setahun yang lalu. Itu adalah kotoran anjing yang kini Anda makan, beralih wujud menjadi mangga yang manis. Begitulah bagaimana orang bajik menghadapi apa yang terjadi dalam kehidupan. Mereka menanamnya, menjadikannya pupuk untuk kebijaksanaan dan kewelasan. Ini hanya bisa terjadi pada orang baik yang tahu bagaimana mengalihkan hal buruk menjadi kebijaksanaan dan kewelasan.

-----------
Chia Yin: Mengapa kita selalu takut akan sesuatu yang belum terjadi? Apakah itu salah satu kotoran batin atau sebuah persepsi bawah-sadar?

Ajahn Brahm: Banyak manusia senang merasa takut. Mereka senang mendengar cerita hantu. Anda ingin mendengar cerita hantu? Saya sering memimpin upacara perkabungan di Australia. Ada orang yang telah bekerja di rumah duka seumur hidupnya. Di rumah duka, Anda bekerja mengurusi semua peti mati ini. Saya bertanya kepadanya, "Anda pernah melihat hantu?" “Ya”, jawabnya. "Jadi, apa cerita hantu paling menakutkan yang bisa Anda ceritakan kepada saya?" Di Australia, mereka punya mobil yang khusus untuk mengangkut peti mati. Namanya hearse. Kadang, ada banyak perkabungan dalam satu hari. Namun demi kepentingan keluarga yang berkabung, tiap perkabungan, mereka membersihkan mobil peti mati luar-dalam. Mereka menyewa satu orang, itu saja yang ia lakukan, membersihkan mobil peti mati. Ia baru saja selesai membersihkan bagian dalam. Ia menutup pintu dan jendela. Ia baru membersihkan bagian luar ketika sesuatu yang aneh terjadi. Dari dalam mobil muncul kabut. Kabut itu menyelimuti seluruh bagian dalam mobil. Dari jendela tampak kabut di dalam mobil. Lalu, muncul cap telapak tangan di seluruh jendela. Cap telapak manusia, atau mungkin bukan manusia. Ada sesuatu yang berusaha keluar. Seram sekali! Lalu, yang kabur justru pria yang semestinya membersihkan mobil. Jadi hati-hatilah, meski mereka seharusnya menaruh peti mati ke kuburan, kadang masih ada yang mau keluar dari sana. Anda ingin bekerja di tempat seperti itu? Itulah sebabnya mereka harus mengeluarkan uang begitu banyak dalam perkabungan, karena mereka membayar orang melakukan pekerjaan ini.

Orang senang ditakut-takuti, sekalipun saat tidak ada yang perlu dicemasi. Anda menemukan sesuatu untuk dicemasi. Saya pikir itu karena orang-orang takut dengan kedamaian. Saat kedamaian datang dalam kehidupan Anda, terlalu banyak di antara orang-orang malah menghancurkannya. Cobalah jika Anda bisa memahami sebabnya, mengapa kita senang merasa takut, ditakut-takuti.

Lalu, berapa banyak dari Anda yang menemui peramal nasib? B-O-D-O-H. Pernah, bertahun-tahun yang lalu, pada ulang tahun saya.... Sungguh sulit memberi kado bagi bhikkhu, kami tak menginginkan apa-apa. Maka ada orang yang punya ide sangat bagus, “Saya akan memberikan ramalan bintang untuk Ajahn pada hari ulang tahunnya!” Lalu, pada hari ulang tahun saya, ia berupaya dan mendapatkan ramalan bintang untuk setahun ini. Ia memperolehnya dari peramal yang sangat hebat, ini menghabiskan banyak uangnya. Ia bilang, "Ajahn Brahm, ini akan terjadi setahun ini. Siapa pun yang lahir tanggal ini, maka tahun ini adalah tahun yang amat sangat bagus untuk menjalin asmara.” Padahal saya ini bhikkhu. Setelah itu, saya tidak memercayai ramalan bintang. Buang-buang uang saja. Itulah sebabnya orang cemas. Mereka ketagihan pada kecemasan dan takut pada kedamaian.

-----------
Wenni Lee: Sabar itu memang tidak ada batasnya, tapi sampai pada titik apa kita boleh bersabar?

Ajahn Brahm: Ada dua jenis kesabaran. Yang pertama adalah menunggu sesuatu terjadi. Menunggu seseorang berubah. Menunggu sesuatu yang baik terjadi dalam hidup Anda. Saya menyebut itu menunggu pada masa depan. Ini sangat keliru, dungu, dan menyebabkan banyak penderitaan. Ini bukanlah yang orang sebut sebagai kesabaran. Ini tetap saja nafsu. Itu namanya menunggui sesuatu terjadi. Jenis menunggu yang lebih baik disebut menunggu pada momen kini. Siapa pun atau apa pun yang menyebabkan momen sulit bagi Anda, mungkin atasan Anda, mereka tidak ada di sini hari ini. Ini hari Minggu, Anda tidak masuk kerja, maka nikmatilah ini. Namun sebagian orang sedih, muram, meskipun mereka tidak akan menemui atasan mereka sampai besoknya. Mereka masih mengalami waktu yang tidak bahagia. Karena mereka terus menunggu pada masa depan alih-alih menunggu pada momen kini. Meskipun Anda sangat sakit, dalam derita hebat, sangatlah sulit menunggu pada masa depan, namun sangat mudah menunggu pada momen kini. Sama seperti ketika saya menandatangani buku, berfoto, menandatangani buku, berfoto, saya bisa melakukannya karena saya menunggu pada momen kini. Hanya ada satu foto, hanya ada satu buku untuk ditandatangani pada satu momen. Inilah yang disebut kesabaran.

-----------
Yuliana: Mengapa saya suka melihat wajah Ajahn tertawa di setiap poster dan buku?

Ajahn Brahm: Ketika Anda melihat seseorang bahagia, ini menyemangati Anda. Kebahagiaan itu menular, seperti flu burung, tetapi yang positif. Namun kemarahan dan sikap negatif juga bisa menular. Maka ketika seseorang sedang mengkritik, "Buat apa kamu melakukan itu?" "Kamu tak semestinya begitu!" "Jangan seperti itu!" "Aku boleh bicara kepada kamu sesukaku!" Ini akan makin dan makin buruk. Menular. Ini seperti ebola, hanya bedanya ini virus amarah. Amarah jauh lebih buruk dibanding ebola. Penangkal virus itu adalah ketika ada orang yang bahagia.

Bahkan di upacara perkabungan di Australia, saya menyampaikan lelucon. Namun saya tanya dulu ke orangnya sebelum meninggal, "Apa Anda senang jika saya mengucapkan lelucon saat