Tuesday, March 10, 2015

Curug Ciomas, Karawang


Menelusuri ‘Green Canyon’ Karawang
Curug Ciomas, Kabupaten Karawang mempunyai potensi wisata yang cukup tinggi. Namun sayang, curug tersebut belum dieksplorasi secara maksimal. Begitu pula jalan menuju ke lokasi masih banyak yang rusak.

Bosan dengan wisata kota, cobalah beralih ke wisata alam. Nuansanya sangat jauh berbeda. Jauh dari hingar-bingar kota, dan gedung-gedung menjulang tinggi, serta suasana kota yang sumpeak.  Sementara wisata alam sebaliknya – penuh ketenangan. Begitu pula masyarakatnya, ramah dan santun terhadap setiap pengunjung.
Cukup banyak wisata alam di Indoneia dan jaraknya tidak begitu jauh dari Ibukota. Salah satunya Curug Cimoas nan berada di Kampung Tonjong  Roke, Desa Medalsari, Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat.
Jarak tempuh dari Jakarta ke Curug Ciomas sekitar 2 jam lebih. Bila berangkat dari arah Jakarta, keluar di pintu tol Karawang Barat. Perjalanan dilanjutkan menuju Pasar Loji, Kecamatan Tegalwaru. Beberapa meter sebelum Pasar Loji ada pesimpangan, dan kita mengambil arah belok kiri.
Selain melalui jalur Karawang, jalan alternatif  lain yang bisa melewati kawasan Jonggol, Kabupaten Bogor. Lanjut ke Desa Cikutamahi Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor.  Kenapa bisa lewat Bogor?  Ternyata curug ini berada diperbatasan antara Kabupaten Bogor dan Kabupaten Karawang. Yang menjadi pembatasnya cuma sebuah jembatan, yaitu Jembatan Cimoas.
Bagi yang pertama kali berkunjung ke Curug Cimoas, memang sedikit membingungkan. Karena lokasinya berada di pedalaman, dan belum ada petunjukan menuju ke lokasi. Namun seluruh masyarakat sudah tahu lokasi Curug Ciomas. Jika kita bertanya, dengan ramah masyarakat memberi petunjuk (arah) jalan menuju Curug Ciomas.
Bagi yang suka wisata alam dan berpetualang. Berkunjung ke Curug Ciomas – merupakan  perjalanan menyenangkan. Sepanjang jalan, khususnya di Kecamatan Panggalan terdapat hutan jati dan sawah yang membentang luas.
Selain hutan jati dan sawah. Di sekitar Curug Ciomas terdapat Gunung Putri, Gunung Lonjong dan Gunung Sereal. Kehadiran tiga gunung tersebut menjadi objke tersendiri. Cocok buat bagi penggemar wisata alam.
Sisi lain, di sepanjang perjalanan terdapat pemandangan yang kurang menyenangan.  Sebagian bukit-bukit  di pinggir jalan, jadikan sebagai tambang pasir. Batu dan pasir yang terdapat di bukit ditambang. Dikhawatirkan,  seandainya proses penambangan berlangsung lama - bisa menimbulkan longsor. 
Cerita lain yang menarik adalah ketika kami tersesat ke tengah hutan jati, di  daerah Pangkalan. Mobil yang kami tumpangi terjebak dalam lubang kecil  yang  berlumpur dan licin. Untung ada penambang batu nan sedang mengambil batu di hutan jati. Merekalah yang menolong kami – hingga kami bisa melanjutkan perjalanan.
Meski mempunyai potensi wisata. Namun sayang, curug ini belum di eksplorasi secara maksimal. Termasuk jalan, sebagian masih banyak yang rusak.  Begitu pula dengan publikasi – pemerintah daerah belum memperkenalkannya pada publik secara maksimal. Akibatnya, Curug Ciomas tidak begitu femiliar di telinga masyarakat. 
Tak hanya jalan yang rusuk. Di Curug Cimoas belum terdapat rumah makan. Hanya ada beberapa warung kopi kecil yang menjual mie rebus, kopi dan makanan ringan. Kondisi seperti itu tentu menjadi persoalan sendiri bagi pengunjung. Menumbulkan rasa tidak nyaman. Apalagi ketika mau makan – usai berang dan mengarungi sungai.
Jika mau berkunjung ke sana, supaya tidak kelaparan – sebaiknya membawa makanan dari rumah. Apalagi pergi a bersama keluarga, sebaiknya membawa makanan untuk makan siang.
Green Canyon Karawang
Curug Ciomas bukanlah curug baru. Curug ini sudah ada sejak dulu kala. Sebelum menjadi objek wisata – curug ini dijadikan sebagai tempat mandi oleh masyarakat setempat. Curug Cimomas baru dijadikan objek wisata baru beberapa tahun ini.
Atas pesona yang dimiliknya, sebagian masyarakat setempat menyebut Curug Ciomas dengan sebutan “Green Canyon Ciomas”. Pasalnya bentuknya hampir sama dengan Green Canyon Pangandara yang berada di Desa Kertayasa, Ciamis, Jawa Barat.
Tapi panjang aliran sungai Curug Ciomas tidak sepanjang Green Canyon Pangandara yang bisa diarungi dengan sampan, yang sama masyarakat setempat disebut ketinting. Panjangn aliran sungai Curug Ciomas sekitar 200 meter, dan ukuran sungainya tak begitu besar.
Tidak seperti sungai biasa yang  bagian pinggir dibatasi tebing tanah. Sementara sungai Curug Ciomas pada bagian pinggirnya dibatasi tebing-tebing batu yang masih dikeliling hutan. Di atas tebing batu terdapat pohon-pohon besar yang akarnya menjulur ke bawah.
Kehadiran tebing batu dan bongkahan-bongkahan batu, serta hutan yang berada di atas tebing batu memberikan kesan dan daya tarik tersendiri.  
Selain warga Karawang dan Bogor – beberapa masyarakat Jakarta pun sudah ada yang berkunjung ke sini.  Yanti, warga setempat menerangkan, Curug Ciomas menjadi wisata alternatif. Setiap hari libur tempat ini selalu ramai. Kalau hari biasanya hanya beberapa yang datang berenang atau sekedar duduk melihat curug.
Selain menikmati keindahan alam – pengunjung pun bisa berenang sambil mengarungi curug. Bila mau aman, bisa mengggunakan ban yang disewakan seharga 7000 rupiah per ban. Dengan harga sebesar itu kita bisa menggunakan sepuasnya – tanpa batas waktu.
Di sini Anda juga bisa memacu adrenalin, yaitu cara melompat dari atas bukit batu yang tingginya sekitar 10 – 12 meter. Bagi warga setempat, melompat dari atas bukit batu sudah menjadi hal biasa. Berenang di antara batu, menuju air terjun menjadi tantangan tersendiri.
Bagi yang baru bisa berenang, dan ingin menuju air terjun. Sebaiknya jangan berenang sendiri. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Bisa menggunakan jasa guide  alias pemandu wisata. Sambil menggunakan ban, guide akan membantu Anda berenang menuju air terjun. Air di area dekat air terjunya cukup dalam. Arus yang berasal dari air terjun cukup kuat – bisa mendorong Anda ke dalam. Atas bantuan pemandu wisata, kita bisa berfoto di dekat air terjun. Tapi harus hati-hati jangan sampai kamera jatuh ke dalam air.   
Sugianto Sukmajaya, pemandu wisata, “Saya sering membantu fotografer yang mau memotret air terjun. Termasuk pengunjung yang mau di foto dekat air terjun,” terangnya.
Menurut pria yang akrab disapa Sugi ini, area bagian tengah curug dan dekat air terjun airnya cukup dalam. Bagi yang belum bisa berenang, sebaiknya berenang di bagian pinggir curug – jangan ketengah.
Sebagai pemandu wisata, setiap hari Sugi bisa memperoleh pandapatan dari jasa pemandu sekitar 30 ribu rupiah. Di hari libur, ia bisa mengumpulkan uang sekitar 50 – 60 ribu rupiah.
Bagi Sugi, sejak Curug Ciomas diubah menjadi tempat wisata. Keberadaan Curug Ciomas membawa keberuntungan. Setelah putus sekolah, Sugi memfokuskan diri membantu kedua orang tunya. Ia terpaksi berhenti sekolah, karena keterbatasan ekonomi orang tua. “Lumayan bisa membantu orang tua,” ujarnya lelaki berusia 13 tahun ini sambil tersenyum. 
Pesona Tiga Air Terjun
Sebagian pengunjung hanya tahu, bahwa di Curug Ciomas Cuma terdapat dua air terjun. Air terjun pertama, berada di bagian bawah dekat jempabatan Ciomas. Air terjun kedua berada di bagian atas. Jika mau melihat air terjun kedua, musti berenang menelusuri sungai yang berbelok-belok yang diapit tebing-tebing batu.
Sebenarnya di curug ini terdapat tiga air terjun. Tapi air terjun ketika, berada agak jauh. Sekitar 400 meter dari air terjun yang kedua. Karena medan menuju ke curug ketiga cukup berbahaya. Banyak  batu-batu cadas dan licin.
Jika mau ke air terjun ketiga harus melawai perkampungan dan menelusuri bukit. Tidak bisa berenang atau menelusuri penggir sungai Ciomas, seperti air terjun  pertama dan kedua. Karena jalur dari sungai menuju air terjun ketiga belum dibuka.
Berhubungan harus melawati bukit yang berhutan. Ke sana tidak boleh saat azat Zuhur. Menurut Sugi, pamali kata orang Sunda. Orang tua kampung melarang pergi ke air terjun ke tiga saat azan Zuhur berkumandang. Setelah azan selesai, lalu menunggu beberapa menit – baru boleh pergi.

“Dulu ada yang pas azan Zuhur naik ke air terjun ketiga, di tengah jalan mereka bertemu ular,” cerita  Sugi. 
Di air terjun ketiga pun terdapat batu-batu besar, air sungai mengalir di antara batu besar. Begitu pula dengan air terjunya, turun dari batu-batu besar. Kondisi batu di sini masih licin. Pasalnya,  jarang tempuh pengunjung. Jika tidak hati-hati bisa jatuh. 
Bila dieksplorasi secara maksimal dan dibuat jalur khusus, yaitu jalur penghubungan antara air terjun pertema, kedua dan air terjun ketiga. Curug Ciomas bisa menjadi lokasi wisata alam yang memukau. Menulusuri pinggir sungai sambil berenang – menuju air terjun yang tumpah dari batu-batu besar merupakan petualangan menyenangkan.  Sungai di air terjun ketiga bisa menjadi wahana menantang. Berenang di antara arus sungai yang desar, mengalir di antara batu besar. 
Perlu diketahui juga, selain bekerja sebagai bertani. Penduduk yang tinggal di sekitar curug ada pula yang berprofesi sebagai tukang batu. Membuat batu cincin yang batunya berasal dari Sungai Ciomas.


Sumber : 
 http://raunraunyuk.blogspot.com/2014/12/curug-ciomas.html

No comments:

Post a Comment