Friday, December 19, 2014


Oma ini usianya 74th, tp kelihatannya lbh tua dr usianya, krn kepahitan hidup yg pernah dialaminya. Dulunya beliau ini juragan konfeksi di Tangerang, org tua tunggal dng anak yg kuliah kedokteran dan tinggal skripsi. Kerusuhan Mei 1998 membalikkan hidupnya. Konfeksi dan rumahnya habis dibakar massa. Habis-habisan sudah, tersisa tanah yg dia tempati. Anak terkasih yg sbntr lg mjd dokter, mengalami gangguan kejiwaan parah shg tdk dpt melanjutkan studinya. Oma yg mengalami penganiayaan mental ini msh bertanggung jwb thd semua karyawannya. Dijuallah harta satu2nya yg tersisa, yaitu tanahnya, untuk membayar semua pegawainya. Sisa uangnya utk melanjutkan hidup dan membiayai pengobatan anak tersayang. Namun kebahagiaan blm berpihak padanya. Anak semata wayangnya, hartanya yg paling berharga, meninggalkannya utk selamanya, berpulang ke surga.

Dalam kelimbungannya, Oma bertemu dng bruder yg membawanya ke rumah singgah di daerah Senen. Digembleng dlm pertumbuhan iman yg baik, akhirnya satu tahun kemudian Oma mohon dpt hidup diluar "surga" yg melindungi kerapuhannya dr ganasnya dunia yg sesungguhnya.

Dibohongi org berkali2, diambil hartabendanya oleh pemilik rumah yg menolak membuka pintu rumahnya krn Oma kena tipu shg tdk mampu membayar sewa....banyak peristiwa pedih yg Oma alami selama menjalani "hidup normal". Namun Oma jg menjadi saksi, betapa pemeliharaan Tuhan tak putus2nya, tak habis2nya dlm kehidupannya. Dalam ketidakpunyaan, Tuhan senantiasa mengirimkan malaikat2Nya dalam rupa - rupa bentuk. Bantuan kawan2 mahasiswa Atmajaya utk menebus barang2nya di rumah sewa, pesanan2 rajutan tmpt hp atau koin dr org2 yg menaruh kepedulian, dsb. Walaupun sehari hanya mendapatkan 5ribu rupiah dr dagangannya, Oma ttp bersyukur dan tak mengeluh.

Sabtu kmrn ktika kami duduk disebelahnya di halte hus, Oma melihat Giza dan mengajak bercakap-cakap, dan memberikan Giza jepitan2 rambut yg manis plus tas kecil yg cantik. Kami akhirnya mengobrol panjang lebar ttg Oma.

Dalam usia senjanya, Oma ttp optimis, penuh pengharapan, dan mampu mensyukuri setiap berkat yg Tuhan berikan dalam hidupnya. Smg Oma selalu dianugerahi oleh Tuhan, kesehatan yg prima, kehidupan yg lbh baik, dan semangat hidup yg selalu menyala. Amin.

Oma saat ini tinggal di kamar sewaan di daerah Bendungan Hilir, di Gg. Mas atau apa gt namanya, menyewa satu kamar kecil gt menurut penuturan Oma kemarin, yg kalau banjir bisa sebetis tingginya, dan tidur dengan posisi duduk di kursi. Sehari - hari Oma duduk di halte bus di depan Unika Atmajaya.
 Rupanya anak Oma yg meninggal itu tinggal menunggu wisuda dr fak kedokteran univ. Airlangga Surabaya. Karena tdk kuat atas musibah yg menimpa kelg nya shg terganggu kesehatan mentalnya dan akhirnya meninggal dunia sekalipun sdh diobati
Bener2 ksatria banget sifat dan sikapnya, walaupun tak berpunya, kalau niatnya ngasih ya tetep ndak mau dibayar/dikasih duit.

 Update terbaru, Oma Ira sedang dibantu untuk pindah kontrakan dan memulai usaha konveksinya lagi. Mohon dibantu doa ya temans dan sahabats sekalian. Terima kasih yang sangat dalam kepada Dient UniQue dkk yang bekerja nyata membantu Oma Ira. Semoga diberikan kelancaran dlm mendapatkan kontrakan baru buat Oma, dan membantu Oma dalam memulai usaha barunya nanti.
  
Oma bukan orang yg kegirangan ketika mau dibantu, malah mesti dipaksa2 dan diyakinkan bhw kita ngebantunya dengan tulus. Saat ngasih jepit rambut dan tas ke anakku, aku bersikeras mau bayar dan Oma bersikeras menolaknya, katanya mmg niat mau ngasih anakku, bukan mau minta dibayar
 
  



Hidup ini keras, tapi harus tetap hidup.

Oma ini usianya 74th, tapi kelihatannya lebih tua dari usianya, karena kepahitan hidup yang pernah dialaminya. Dulunya beliau ini juragan konfeksi di Tangerang, org tua tunggal dengan anak yg kuliah kedokteran dan tinggal skripsi. Kerusuhan Mei 1998 membalikkan hidupnya.

Konfeksi dan rumahnya habis dibakar massa. Habis-habisan sudah, tersisa tanah yg dia tempati. Anak terkasih yg sebentar lagi menjadi dokter, mengalami gangguan kejiwaan parah sehingga tidak dapat melanjutkan studinya.

Oma yg mengalami penganiayaan mental ini masih bertanggung jawab thd semua karyawannya. Dijuallah harta satu2nya yg tersisa, yaitu tanahnya, untuk membayar semua pegawainya. Sisa uangnya utk melanjutkan hidup dan membiayai pengobatan anak tersayang. Namun kebahagiaan blm berpihak padanya. Anak semata wayangnya, hartanya yg paling berharga, meninggalkannya utk selamanya, berpulang ke surga.

Dalam kelimbungannya, Oma bertemu dengan seorang bruder yang membawanya ke rumah singgah di daerah Senen. Digembleng dalam pertumbuhan iman yg baik, akhirnya satu tahun kemudian Oma mohon dpt hidup di luar "surga" yg melindungi kerapuhannya dari ganasnya dunia yang sesungguhnya.

Dibohongi orang berkali-kali, diambil harta bendanya oleh pemilik rumah yang menolak membuka pintu rumahnya karena Oma kena tipu sehingga tidak mampu membayar sewa....banyak peristiwa pedih yg Oma alami selama menjalani "hidup normal". Namun Oma jg menjadi saksi, betapa pemeliharaan Tuhan tak putus2nya, tak habis2nya dlm kehidupannya.

Dalam ketidakpunyaan, Tuhan senantiasa mengirimkan malaikat2Nya dalam rupa - rupa bentuk. Bantuan kawan2 mahasiswa Atmajaya untuk menebus barang2nya di rumah sewa, pesanan2 rajutan tempat HP atau koin dari orang-orang yang menaruh kepedulian, dsb. Walaupun sehari hanya mendapatkan 5 ribu rupiah dari dagangannya, Oma tetap bersyukur dan tak mengeluh.

Sabtu kemarin ketika kami duduk disebelahnya di halte hus, Oma melihat Giza dan mengajak bercakap-cakap, dan memberikan Giza jepitan2 rambut yg manis plus tas kecil yg cantik. Kami akhirnya mengobrol panjang lebar tentang Oma.

Dalam usia senjanya, Oma tetap optimis, penuh pengharapan, dan mampu mensyukuri setiap berkat yg Tuhan berikan dalam hidupnya. Semoga Oma selalu dianugerahi oleh Tuhan, kesehatan yg prima, kehidupan yang lebih baik, dan semangat hidup yg selalu menyala. Amin.

Dimana lokasi beliau?
@anthony salim: itu di halte dpn kampus atma, ga terlalu depannya persis sih soalnya sblm smp ke kampus atma..yg di dkt tangga penyebrangan/tangga ke halte bus transjakarta..

@anthony salim: iya dkt semanggi..cm adanya sblm kampus atma klo dtg dr arah bundaran HI..

Saat membaca cerita ini, mata ini tiba-tiba berkaca-kaca.
Bagaimana perjalanan hidup seorang manusia yang tidak ingin menyerah terhadap hidup itu sendiri.

Di saat terjadi kerusuhan Mei, sebenarnya oma tidak punya tanggung jawab untuk membayar gaji karyawannya, bisa aja dia meninggalkan semua karyawannya dengan berbagai alasan, tetapi oma MEMILIH untuk mempertahankan integritas n membayar gaji karyawan, dengan resiko, usahanya bangkrut n habis tak bersisa.

Di saat anaknya semata wayang meninggal dunia, sebenarnya oma BISA MEMILIH untuk membenci hidup ini dan mencaci-maki Sang Pencipta kehidupan, tetapi oma MEMILIH UNTUK BERTAHAN.

Di saat oma sudah "nyaman" di dalam rumah singgah, sebenarnya oma BISA MEMILIH untuk hidup tenang,
n tidak perlu lagi "menikmati" ganasnya dunia, tetapi oma MEMILIH untuk keluar dari zona nyaman.

Di saat oma ditipu berkali-kali, sebenarnya oma BISA MEMILIH untuk kembali ke zona nyaman,
dan meninggalkan keganasan dunia ini, tetapi sekali lagi, oma MEMILIH untuk bertahan.

Saya tidak tau, apa yang menyebabkan beliau mampu bertahan melampaui semua ujian tersebut,
ujian yang terlihat terlalu berat untuk dijalani seorang diri, entah mengapa, oma bertahan.

Apa rencana Tuhan terhadap oma?
saya tidak tau

Apakah oma mengerti mengapa dia mengalami ini semua?
belum tentu juga dia memahami.

Tetapi satu hal yang saya belajar,
Iman dan Jiwa manusia TIDAK SEMUDAH ITU UNTUK DIHANCURKAN.

Dimana ada kemauan, disitu ada jalan.
dimana ada iman, disitu ada pengharapan.
Dimana ada pengharapan, disitu ada kehidupan.

Terima kasih oma, sudah mengajarkan saya begitu banyak melalui cerita teman saya ini.
Saya berharap, ada kesempatan untuk bertemu oma, sebelum Sang Pencipta berkata
"tugasmu sudah selesai, dan engkau telah mengakhiri dengan manis.
sekarang, pulanglah ke rumah BapaMu di Surga".

sekali lagi terima kasih oma.
sejuta doaku teriring bagimu.

Anthony Salim - 050814
 

No comments:

Post a Comment