Friday, December 30, 2011

Memberi Ketika Dibutuhkan



Waktu itu, ketika saya masih seorang sukarelawan yang bekerja di sebuah rumah sakit, saya berkenalan dengan seorang gadis kecil yang bernama Liz seorang penderita satu penyakit serius yang sangat jarang. Kesempatan sembuh hanya ada pada adiknya, seorang pria kecil yang berumur 5 tahun yang secara mujizat sembuh dari penyakit yang sama.

Anak ini memiliki antibodi yang diperlukan untuk melawan penyakit itu. Dokter kemudian mencoba menerangkan situasi lengkap medikal tersebut ke anak kecil ini, dan bertanya apakah ia siap memberikan darahnya kepada kakak perempuannya.

Saya melihat si kecil itu ragu-ragu sebentar, sebelum mengambil nafas panjang dan berkata "Baiklah, saya akan melakukan hal tersebut asalkan itu bisa menyelamatkan kakakku". Ketika proses tranfusi darah, si kecil ini berbaring di tempat tidur disamping kakaknya. Wajah sang kakak mulai memerah, tetapi Wajah si kecil mulai pucat dan senyumnya menghilang.

Si kecil melihat ke dokter itu, dan bertanya dalam suara yang bergetar, katanya "Apakah saya akan langsung mati dokter ?" Dokter menjawab, "tidak, kamu akan baik-baik saja."

Rupanya si kecil sedikit salah pengertian. Ia merasa, bahwa ia harus menyerahkan semua darahnya untuk menyelamatkan jiwa kakaknya. Lihatlah bukankah pengertian dan sikap adalah segalanya.

No comments:

Post a Comment